Kutipan adalah salinan kalimat,paragraph,atau paendapat
dari seorang pengarang atau ucapan orang terkenal karena keahliannya,baik yang
terdapat dalam buku,jurnal,baik yang melalui media cetak maupun
elektronik.menurut kamus besar bahasa Indonesia,mengutip adalah mengambil
perkataan atau kalimat dari buku atau yang lainnya.mengutip itu berbeda dengan
plagiat.plagiat adalah mengambul karangan karangan atau pendapat orang lain dan
menjadikannya seolah-olah karangan atau pendapat sendiri. Yang perlu dihindari
ialah kutipan yang tuidak mengandung makna apa-apa dalam tulisan anda. Naamun,
namanya mengutip, jangan sekalia=kali melakukan kesalahan ketika mengutip.
Kalau ternyata terdapat kesalahan dalam teks yang dikutip, penulis dapat
memberikan catatan khusus langsung pada teks dengan tanda kurung, lalu diberi
tanda’sic’, yakni singkatan dari sicut(latin) yang berarti: memang demikianlah
asalnya (tercetak). Atau, sesuai petunjuk dari Depdiknas-PusatBahasa sepertu
termuat dalam Buku Pedoman Umum EYD, berikan tanda siku [ ] mengapit kutipan
yang ternyata salah itu.
Jenis Kutipana. Kutipan langsung:
Kutipan Langsung ialah kutipan yang sama persis dengan teks aslinya,tidak boleh ada perubahan.Kalau ada hal yang dinilai salah/meragukan,kita beri tanda ( sic! ),yang artinya kita sekedar mengutip sesuai dengan aslinya dan tidak bertanggung jawab atas kesalahan itu.Demikian juga kalau kita menyesuaikan ejaan,memberi huruf kapital,garis bawah,atau huruf miring,kita perlu menjelaskan hal tersebut, missal [ huruf miring dari pengutip ],[ ejaan disesuaikan dengan EYD ],dll. Bila dalam kutipan terdapat huruf atau kata yang salah lalu dibetulkan oleh pengutip,harus digunakan huruf siku [ ….. ].
b. Kutipan tidak lansung ( Kutipan Isi )
Dalam kutipan tidak langsung kita hanya mengambil intisari pendapat yang kita kutip.Kutipan tidak langsung ditulis menyatu dengan teks yang kita buat dan tidak usah diapit tanda petik.Penyebutan sumber dapat dengan sistem catatan kaki,dapat juga dengan sistem catatan langsung ( catatan perut ) seperti telah dicontohkan.
d. Kutipan pada catatan kaki
e. Kutipan atas ucapan lisan
f. Kutipan dalam kutipan
g. Kutipan langsung pada materi
Tujuan:
Dalam tulisan ilmiah, baik berupa artikel, karya tulis, skripsi, tesis, dan disertasi selalu terdapat kutipan. Kutipan adalah pengokohan argumentasi dalam sebuah karangan. Seorang penulis tidak perlu membuang waktu untuk menyelidiki suatu hal yang sudah dibuktikan kebenarannya oleh penulis lain, penulis cukup mengutip karya orang lain tersebut. Dengan demikian kutipan memiliki fungsi sebagai:
a. landasan teori
b. penguat pendapat penulis
c. penjelasan suatu uraian
d. bahan bukti untuk menunjang pendapat itu
Berdasarkan fungsi di atas seorang penulis harus memperhatikan hal-hal berikut:
1) penulis mempertimbangkan bahwa kutipan itu perlu
2) penulis bertanggung jawab penuh terhadap ketepatan dan ketelitian kutipan
3) kutipan dapat terkait dengan penemuan teori
4) jangan terlalu banyak mempergunakan kutipan langsung
5) penulis mempertimbangkan jenis kutipan, kutipan langsung atau kutipan tak langsung
6) perhatikan teknik penulisan kutipan dan kaitannya dengan sumber rujukan
CATATAN KAKI
Catatan
kaki adalah keterangan yang dicantumkan pada margin bawah pada halaman buku.
Catatan kaki biasanya dicetak dengan huruf lebih kecil daripada huruf di dalam
teks guna menambahkan rujukan uraian di dalam naskah pokok. Dalam karangan
ilmiah catatan kaki diartikan sebagai catatan penjelas,tambahan penulis
terhadap suatu hal yang tidak memungkinkan dijelaskan dalam teks.Catatan kaki
juga bisa dimasukkan sumber rujukan suatu kutipan.Letak catatan kaki berada di
kaki (dibawah) halaman atau dihalaman tersendiri sesudah kesimpulan. Catatan
kaki untuk artikel yang diambil dari internet, cantumkan nama pengarang, judul
artikel, tuliskan online (dalam kurung) diikuti alamat situsnya, seperti http:/
www.ed.gov./… yang memudahkan pembaca untuk mengakses sumber tersebut.
Catatan
kaki mempunyai beberapa fungsi,fungsi catatan kaki itu adalah sebagai
penunjukan.
a.Etika
kesarjanaan
b.Balas
jasa terhadap jasa orang lain
c.Keabsahan
karya ilmiah sendiri
d.Perluasan
analisis,sintesis dan uraian
e.Tempat
kutipan,
f.referensi
silang dengan istilah ibid,lo.cit,dan op.cit,dan
g.Kelengkapan
suatu sumber rujukan. Ketujuh fungsi catatan kaki di atas menunjukkan bahwa
catatan kaki itu sangat penting,catatan kaki juga sangat rumit dan teknis dalam
penggunaannya.
Oleh
karena itu,perlu diperhatikan beberapa hal berikut dalam penyusunannya.
a.Keterangan
tambahan yang sebenarnya tidak berasal dari
buku,antologi,makalah,majalah,ensiklopedi,tetapi diambil dari kutipan
wawancara,kuliah dan penjelasan umum.
b.Bagi
yang tidak paham penggunaannya,dewasa ini catatan kaki mengambil alih pemakaian
catatan pustaka.
c.Seandainya
disamakan fungsi dengan catatn pustaka karangan itu tidak memerlukan daftar
pustaka lagi karena semua unsur data seperti buku sudah terpenuhi.
d.Jika
disamakan dengan catatan pustaka,catatan kaki memuat unsur nama lengkap
pengarang (tidak dibalik dan tanpa gelar akademis),tahun terbit,judul
karangan,kota terbit,dan halaman yang dikutip.
e.Penempatan
catatan kaki ini dikaki halaman atau halaman tersendiri (biasanya dibelakang
bab kesimpulan)
Jenis & Contoh Catatan Kaki / Foot Note
Sekarang
kita akan mempelajari pencantuman sumber kutipan pola konvensional. Cara
pencantuman sumber kutipan dengan menggunakan pola konvensional, yaitu
menggunakan catatan kaki atau foot note.
Perhatikan
contoh penggunaan catatan kaki yang digunakan pada buku Filsafat Ilmu Sebuah
Pengantar Populer karya Jujun Suriamiharja berikut! Perhatikan pula nomor pada
teks dan keterangan sumbernya pada catatan kaki.
————————————————————————————————————– Ilmu dan Moral Penalaran otak orang itu
luar biasa, demikian simpulan ilmuwan kerbau dalam makalahnya, namun mereka itu
curang dan serakah … .1) Adapun sebodoh-bodoh umat kerbau, sungguh menggelitik
nurani kita. Benarkah bahwa makin cerdas maka makin pandai kita menemukan
kebenaran, makin benar maka makin baik pula perbuatan kita? Apakah manusia yang
mempunyai penalaran tinggi, lalu makin berbudi sebab moral mereka dilandasi
analisis yang hakiki, ataukah malah sebaliknya: makin cerdas maka makin pandai
pula kita berdusta? Menyimak masalah ini, ada baiknya kita memperhatikan
imbauan Profesor Ace Partadiredja dalam pidato pengukuhannya selaku guru besar
ilmu ekonomi di Universitas Gajah Mada, yang mengharapkan munculnya ilmu
ekonomi yang tidak mengajarkan keserakahan?2) ……………………………………………………… 1) Taufiq
Ismail, Membaca Puisi, Taman Ismail Marzuki, 30-31 Januari 1980. 2) Kompas, 25
Mei 1981. ————————————————————————————————————– Bagi penulis, penggunaan
catatan kaki ini sedikit lebih merepotkan dibandingkan dengan cara Harvard
karena harus mengatur ruang pada bagian bawah halaman untuk tempat catatan
kaki. Akan tetapi, bagi pembaca catatan kaki ini sangat memudahkan mengetahui
sumber tanpa harus melihat daftar pustaka yang letaknya di bagian akhir buku.
Catatan
kaki untuk buku dimulai dengan nama pengarang diikuti koma, judul buku (ditulis
dengan huruf awal kapital dan dicetak tebal atau dicetak miring), nomor seri,
jilid dan nomor cetakan (kalau ada), kota penerbit (diikuti titik dua), nama
penerbit (diikuti koma), dan tahun penerbitan (ditulis dalam kurung dan
diakhiri dengan titik). Catatan kaki untuk artikel dan majalah dimulai dengan
nama pengarang, judul artikel, nama majalah, nomor majalah jika ada, tanggal
penerbitan, dan nomor halaman. Jika dari sumber yang sama dikutip lagi, pada
catatan kaki ditulis ibid. (singkatan dari ibidum) yang artinya sama persis
sumbernya dengan catatan kaki di atasnya. Jadi mirip dengan idem atau sda.
Untuk sumber yang telah disisipi sumber lain, digunakan istilah op. cit.
(singkatan dari opere citato). Untuk sumber dari majalah dan koran yang telah
disisipi sumber lain digunakan istilah loc. cit. (singkatan dari loco citato).
Perhatikan contoh berikut! ………………………………………………… 2 Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori
Belajar (Jakarta: Depdikbud, 1988), hal. 18. 3 Nurhadi, Membaca Cepat dan
Efektif (Bandung: Sinar Baru, 1986), hal. 25 4 Ibid., hal. 15 5 Ratna Wilis
Dahar, op.cit., hal. 17 Catatan kaki di atas menunjukkan bahwa sumber nomor 4
sama dengan sumber nomor 3. Sumber nomor 5 sama dengan nomor 2. Dalam sebuah
karya ilmiah, penulis biasanya mempunyai daftar sumber informasi yang bisa
menjadi rujukan para pembaca. Daftar ini disebut sebagai catatan kaki atau
footnote dalam bahasa Inggris. Karya ilmiah yang mencantumkan catatan kaki
menunjukkan bahwa kualitas karya ilmiah tersebut lebih tinggi dan meningkatkan
estetika penulisan. Keberadaan catatan kaki juga dapat memudahkan para pembaca
untuk melihat sumber informasi yang dibutuhkan.
Catatan
kaki memiliki dua bentuk, yaitu berupa referensi dan berupa keterangan
tambahan.Catatan kaki yang berupa referensi merupakan pengakuan akan sumber
informasi, pembuktian kutipan naskah, dan memberikan dukungan argumentasi atau
pembuktian. Sementara itu, catatan kaki yang berupa keterangan tambahan bisa
memberikan penjelasan tambahan, memperjelas konsep, definisi dalam bentuk
komentar, atau uraian tambahan sehingga menjadi uraian yang utuh.
Metode Penulisan Catatan Kaki Berikut ini adalah
metode penulisan catatan kaki.
1.
Catatan kaki dipisahkan dari naskah halaman yang sama dengan jarak tiga spasi.
2.
Antarcatatan kaki dipisahkan dengan satu spasi.
3.
Catatan kaki lebih dari dua baris diketik dengan satu spasi.
4.
Catatan kaki diketik sejajar dengan margin.
5.
Nomor urut angka Arab dan tidak diberi tanda apapun.
6.
Nomor urut ditulis lebih kecil dari hurup lainnya, misalnya font size 10.
Catatan kaki yang berupa rujukan atau data
pustaka ditulis berdasarkan cara berikut ini.
1. Nama
pengarang tidak dibalik urutannya atau sama dengan nama pengarang yang tertulis
pada buku dan diikuti koma.
2. Jika
nama yang ditulis lengkap disertai gelar akademis, catatan kaki mencantumkan
gelar tersebut.
3.
Judul karangan dicetak miring, tidak diikuti koma.
4.
Nomor halaman dapat disingkat hlm. atau h. Angka nomor halaman diakhiri tanda
titik (.). Contoh: 1 William N. Dunn, Analisis Kebijaksanaan publik, terj.
Muhajir Darwin, (Yogyakarta: Hanindita, 2001), 20-32 2Dr. Albert Wijaya,
“Pembangunan Pemukiman bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kota,” dalam
Prof. Ir. Eko Budiharjo, M.Sc. (Ed), Sejumlah Masalah Pemukiman Kota, (Bandung:
Alumni, 1992), 121-124.
Penulisan
Ibid, Op.Cit. dan Loc. Cit. Untuk memendekkan penulisan informasi pustaka dalam
catatan kaki, lazim digunakan singkatan Ibid, Op.Cit. dan Loc. Cit.
penjelasannya adalah sebagai berikut.
• Ibid
merupakan singkatan dari kata Latin ibidem, yang berarti ‘pada tempat yang
sama’ dengan di atasnya. Singkatan ini dipergunakan bila catatan kaki
berikutnya merujuk pada karya atau artikel yang telah disebut dalam catatan
nomor sebelumnya. Ibid ditulis di bawah catatan kaki yang mendahuluinya dan
diketik atau ditulis dengan huruf kapital pada awal kata, dicetak miring, dan
diakhiri titik. Apabila halamannya sama, hanya digunakan singkatan Ibid, tetapi
bila referensi berikutnya berasal dari halaman lain, urutan penulisannya adalah
Ibid, halaman.
•
Op.Cit. merupakan singkatan dari kata Latin Opere Citato, yang berarti ‘pada
karya yang telah dikutip’. Singkatan ini digunakan bila menunjukkan buku sumber
yang telah disebutkan dan diselingi sumber lain. Op.Cit. ditulis dengan huruf
kapital pada awal suku kata, dicetak miring, dan setiap suku kata diikuti titik
(.). Urutan penulisannya adalah nama family pengarang, Op.Cit., halaman.
• Loc.
Cit. merupakan singkatan dari kata Latin Loco Citato, yang berarti ‘pada tempat
yang telah dikutip’. Loc. Cit. biasanya digunakan untuk menunjuk atau menyebut
sumber yang sama berupa artikel majalah, ensiklopedi, jurnal yang telah disebut
sebelumnya, tetapi diselingi sumber lain. Jika halaman sumber sama, kata Loc.
Cit. tidak diikuti nomor halaman. Akan tetapi, jika halaman sumber berbeda,
kata Loc. Cit. diikuti nomor halaman. Urutan penulisannya adalah nama family
pengarang, Loc. Cit. Contoh: 1Daniel Goleman, Emotional Inteligence, (Jakarta:
Gramedia, 2001), h. 43-156. 2Ibid, 210. 3Satjipto Rahardjo, Hukum Masyarakat
dan Pembangunan, (Bandung: Alumni, 1976), 111. 4Goleman Op.Cit. 175 5Rahardjo,
Loc.Cit. Catatan kaki memiliki tempat khusus dalam karya tulis ilmiah.
Keberadaan catatan kaki memberikan penilaian yang lebih berkualitas bagi suatu
karya tulis ilmiah. Hal ini menunjukkan bahwa karya tulis tersebut memiliki
kejujuran intelektual, bukan plagiat dan mempertinggi estetika.
Dengan
demikian, catatan kaki merupakan bagian yang integral dalam karya tulis ilmiah
sehingga setiap penulis perlu memperhatikan sistematika penulisan dalam
menyusun catatan kaki. Dalam sebuah buku sering ditulis kata ibid sebagai
catatan kakinya… memang sebenarnya apa yang dimaksud ibid? Ibid (dari bahasa
Latin, kependekan dari kata “ibidem” yang berarti “tempat yang sama”) adalah
istilah yang digunakan pada catatan kaki atau referensi yang menunjukkan bahwa
sumber yang digunakan tersebut telah dikutip juga pada catatan kaki sebelumnya.
Hal seperti ini sama artinya juga dengan idem (yang berarti telah disebutkan
sebelumnya atau sama) disingkai “Id.,” yang umum digunakan pada kutipan legal.
Contoh penggunaan ibid: [1] Ferdian., “tindakan kecil orang-orang besar”,
RumbiPress, 2010, hal.23 [2] Ibid [3] Id. at 29. Referensi dari catatan kaki
no. 2 adalah sama dengan no. 1 (Ferdian, “tindakan kecil orang-orang besar”
pada hal 23), sedangkan referensi no 3 menunjukkan sumber yang sama tetapi hal
yang berbeda, halaman 29. Sumber dari ibid adalah tepat pada no sebelumnya.
Selain ibid, juga dikenal bahasa kutipan lain yaitu Op.Cit (opere
citato/kutipan sebelumnya yang telah diselangi oleh kutipan sumber lain) dan
loc.cit (locere citato=kutipan yang telah disebutkan pada halaman/bab
selanjutnya). Penggunaan loc.cit dan Op.Cit sekarang sudah jarang digunakan
lagi. Dalam metode kutipan Kate.L.Turabian (oxford) kutipan tersebut diganti
dengan sebagian nama penulis, sebagian nama buku, dan halaman. Contoh
penggunaan Op.Cit: 1Satjipto Raharjo, Hukum Masyarakat dan Pembangunan
(Bandung: Alumni, 1976), 111. 2Daniel Goleman, Emotional Intelligence.
(Jakarta: Gramedia, 2001), 161. 3Bobby dePorter & Mike Hernacki, Quantum
Bussiness, terj. Basyarah Nasution, (Bandung: Kaifa, 2000), 63-87. 4Rahardjo,
Op.Cit., 125. Contoh penggunaan lo.cit: 1Sarwiji Suwandi, “Peran Guru dalam
Meningkatkan Kemahiran Berbahasa Indonesia Siswa Berdasarkan Kurikulum Berbasis
Kompetensi”, Kongres Bahasa Indonesia VIII, (Jakarta : Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003), 1-15. 2Suwandi, Loc.Cit
(nj) Sumber: Kajian Bahasa Indonesia
Kawan, Yuk kita ikut lomba 10 kategori lomba khusus bagi mahasiswa Universitas Gunadarma. Edisi
BalasHapusDesember2012 ini diperuntukan bagi mahasiswa S1 dan D3. Tersedia 100 pemenang, atau 10 pemenang
untuk setiap kategori. link
http://studentsite.gunadarma.ac.id/news/news.php?stateid=shownews&idn=755
oh iya, kalian nggak mau ketinggalan kan untuk update terhadap berita studentsite dan baak , maka dari itu, yuk pasang RSS di Studentsite kalian.. untuk info lebih lanjut bagaimana cara memasang RSS , silahkan kunjungi link ini
http://hanum.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/folder/0.5
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus